Rabu, 10 Desember 2014

KESEIMBANGAN LINGKUNGAN

A.KESEIMBANGAN LINGKUNGAN

kemampuan untuk mendukung kelangsungan hidup makhluk hidup di dalamnya yang disebut daya dukung lingkungan. Lingkungan juga memiliki kemampuan untuk mengembalikan kondisi lingkungan  ke keadaan seimbang ketika lingkungan mendapat gangguan atau kerusakan sampai batas tertentu yang disebut daya dukung lingkungan.
Lingkungan mengacu kepada segala sesuatu yang menggelilingi suatu organisme dan memengarui cara hidup organisme tersebut. Keseimbangan lingkungan dapat diartikan sebagai kemampuan lingkungan untuk mengatasi tekanan dari alam maupun dari aktivitas manusia,serta kemampuan lingkungan dalam menjaga kestabilan kehidupan di dalam keseimbangan lingkungan dapat tercapai ketika interaksi  antara organisme dengan faktor lingkungan dan interaksi antarkomponen dalam suatu lingkungan dapat berjalan dengan proporsional.

1.Interaksi Antarkomponen Eksosistem dalam menjaga Keseimbangan Lingkungan
Ekosistem disusun oleh komponen biotik dan abiotik. Kedua komponen ini saling berinteraksi dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan kestabilan ekosistem. Pada lingkungan yang seimbang akan terbentuk suatu ekosistem yang stabil. Seperti lingkungan , ekosistem merupakan suatu sistem yang dinamis. Aktivitas dan interaksi antarkomponen ekosistem memungkinkan proses kehidulan terus berlangsung dan berkesinambungan.
Interaksi antarkomponen biotik dalam menjaga keseimbangan lingkungan.
Pengontrolan terhadap populasi setiap komponen biotik dalam ekosistem menjaga kestabilan ekosistem. Walaupun demikian, dalam suatu ekosistem akan senantiasi terjadi fluktuasi populasi komponen biotik secara teratur. Proses ini akan berlangsung selama lingkungan dalam keadaan seimbang. Pada lingkungan yang seimbang, tidak akan terjadi peningkatan atau penurunan populasi komponen biotik tertentu secara mencolok.
Selain interaksi antarkomponen biotik, juga terdapat interaksi lain, yaitu interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik. Keseimbangan lingkungan akan tercipta bila interaksi antara komponen biotik dengan abiotik berjalan sesuai dan berkesinambungan.
Faktor-faktor lingkungan, seperti suhu, air, intensitas cahaya, kelembaban, dan salinitas dapat menjadi faktor penentu persebaran organisme di muka bumi. Setiap jenis organisme memiliki kisaran toleransi terhadap berbagai faktor lingkungan. Akibatnya. Ada jenis-jenis organisme tertentu yang hanya mampu menempati lingkungan dengan kondisi tertentu pula. Apabila faktor-faktor lingkungan mengalami fluktuasi yang demikian drastis, populasi organisme yang ada pada lingkungan tersebut pun akan terpengaruh. Perubahan kondisi lingkungan juga dalat mengancam keseimbangan lingkungan.

2.Suksesi
Ekosistem memiliki mekanisme sendiri untuk menjaga kestabilan organisme
Dan lingkunganyang melingkupinya.
Namun, sistem ini juga memiliki keterbatasan, daya dukung dan daya lenting lingkungan memiliki batas kemampuan.
Ketika gangguan yang masuk ke dalam suatu lingkungan berada di luar ambang batas toleransi maka keseimbangan lingkungan akan terganggu.
Gangguan yang masuk ke lingkungan dapat berasal dari alam atau akibat campur tangan manusia. Gangguan alam yang sangat merusak, seperti kebakaran, gempa bumi, badai, tornado, dan letusan gunung merapi dapat menghancurkan komunitas biologis. Setelah terjadi gangguan alam, lingkungan akan memulihkan dirinya, organisme yang dapat hidup melewati akan menkolonisasi ulang area bencana. Selama proses pemulihan, struktur komunitas akan mengalami suatu perubahan yang disebut suksesi. Suksesi adalah proses perubahan komposisi spesies dalam suatu komunitas biologi akibat gangguan pada komunitas tersebut. Di alam, terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.

a. Suksesi primer
    Proses perubahan komposisi komunitas yang terjadi pada suatu kawasan yang pada mulanya hampir tidak ada kehidupan disebut suksesi primer. Suksesi primer biasanya terjadi pada pulai vulkanis baru atau area yang awalnya tertutupi oleh glasier atau lapisan es. Pada area seperti ini, mulanya hampir tidak ada kehidupan. Namun, terjadinya suksesi primer mengubah komposisi organisme atau komunitas di area tersebut.
Pada proses suksesi primer, tidak banyak organisme yang memiliki tingkat toleransi yang tinggi dan luas saja yang mampu tumbuh dan berkembang pada area tersebut, seperti lumut dan linchenes. Organisme yang mampu tumbuh pertama kali dan kemudian membentuk suatu ekosistem dinamakan organisme pionir atau spesies pionir.

b.suksesi sekunder
Berbeda dengan suksesi primer, suksesi sekunder terjadi pada area yang mulanya ada kehidupan tetapi kemudian mengalami beberapa gangguan yang menyebabkan hilangnyakomunitas yang ada di area tersebut dan hanya meninggalkan tanah yang tetap utuh. Pada umumnya, area yang mengalami gangguan dapat kembali pulih seperti keadaan semula.
Hutan yang mengalami penebangan akan mengalami suksesi sekunder. Pada akhirnya, hutan dapat pulih kembali jika tidak diganggu lagi.

c.komunitas klimaks
Komunitas klimaks merupakan komunitas yang dihasilkan dari proses suksesi. Komunitas klimaks bersifat stabil dan memiliki tingkat keseimbangn lingkungan yang tinggi. Komunitas klimaks umumnya didominasi oleh organisme yang memiliki umur panjang, seperti pohon-pohon besar dan hewan yang memiliki siklus hidup yang panjang.

B.DAMPAK EKSPLOITASI BERLEBIHAN TERHADAP EKOSISTEM

Dibandingkan dengan komponen biotik lainnya, manusia merupakan jenis organisme yang memiliki pengaruh yang kuat di bumi ini. Dengan kemampuan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi, manusia memiliki pengaruh besar dalam memanipulasi ekosistem. Menyebabkan populasi manusia meningkat dengan cepat.
Meningkatnya populasi manusia, juga meningkatkan ancaman terhadap keseimbangan lingkungan. Sikap manusia memberantas hama dengan bahan kimia,  mengubah berbagai ekosisten alami menjadi ekosistem buatan, memberikan dampak negatif pada ekosistem.

1. Fragmentasi dan Degradasi Habitat
Meningkatnya populasi penduduk dunia menyebabkan semakin banyak lahan yang dibutuhkan untuk mendukung kesejahteraan manusia, seperti lahan untuk pertanian, tempat tinggal, industri, dan lain sebagainya, penggunaan lahan yang tidak memperhatikan efek ekologis dapat menyebabkan rusaknya atau berkurangnya habitat alami bagi organisme di lahan tersebut. Fragmentasi dan degradasi habitat menyebabkan munculnya masalah lain seperti kematian organisme karena hilangnya sumber makanan dan tempat tinggal dan menurunnya keanekaragaman spesies pada habitat tersebut.

2. Terganggunya Aliran Energi di Dalam Ekosistem
Ekosistem alami yang dirusak dan diubah menjadi ekosistem buatan dapat menyebabkan terjadinya perubahan aliran energi dalam ekosistem tersebut. Contohnya, ketika proses penebangan atau pembakaran hutan selesai, maka kawasan hutan kemudian ditanami dengan satu jenis tumbuhan (sistem monokultur). Hal tersebut menyebabkan aliran energi yang semula bersifat kompleka, yaitu antara berbagai jenis produsen (pohon-pohon besar dan kecil), konsumen (berbagai macam hewan), detritivora (jamur, bakteri, dan sebagainya), menjadi aliran energi yang lebih sederhana, yaitu satu jenis produsen (contohnya padi), beberapa konsumen, dan detritivor.

3.Resistensi Beberapa Spesies Merugikan
Penggunaan pestisida dan antibiotik  secara berlebihan untuk membunuh populasi organisme yang merugikan (hama atau patogen) dapat menyebabkan munculnya populasi organisme yang kebal terhadap pestisida dan antibiotik  tersebut. Hama yang tidak atau kurang sensitif (kebal) terhadap pestisida jenis tertentu dapat bertahan dari penggunaan
Pestisida tersebut. Pada akhirnya , populasi hama yang bertahan hidup dan mampu berkembang biak merupakan hama yang kebal (resisten) terhadap pestisida jenis tersebut.
Demikian juga adanya jika antibiotik digunakan secara berlebihan, yaitu dalam dosis yang terlalu tinggi atau frekuensi yang terlalu sering. Populasi spesies patogen yang dapat bertahan dari dosis antibiotik tersebut berkembang biak menghasilkan populasi spesies patogen yang kebal. Sehingga penggunaan antibiotik dalam dosis yang sama sudah tidak membunuh populasi spesies patogen yang terbentuk.

4. Hilangnya Spesies Penting di Dalam Ekosistem
Setiap organisme memiliki peran penting di dalam suatu ekosistem. Hilangnya satu organisme dapat memberikan dampak yang cukup besar di dalam ekosistem. Contohnya, di dalam ekosistem  sawah , hilangnya predator seperti burung, ular, dan sebagainya dapat meningkatkan populasi organisme lain, misalnya tikus yang memakan padi . Akibatnya, populasi padi akan menurun dan hasil panen akan berkurang.

5.Introduksi Spesies Asing
Introduksi atau masuknya spesies dari satu ekosistem  ke dalam ekosistem lainnya biasanya bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan manusia. Contohnya, introduksi tanaman gandum , singkong, dan beberapa tanaman pertanian lainnya. Namun, introduksi spesies asing juga dapat merugikan, karena terkadang di dalam ekosistem yang baru, spesies tersebut tidak memiliki predator alami. Meledaknya populasi tanaman eceng gondok yang menjadi gulma bagi perairan di sekitar kita, merupakan contoh introduksi spesies yang merugikan akibat tidak adanya predator alami. Serangga Neochetine eichhorniae yang merupakan predator tanaman eceng gondok dan dapat mengendalikan populasi eceng gondonk di perairan tidak hidup di indonesia.

6.Berkurangnya Sumber Daya Alam Terbaharui
Kayu, tanduk, gading dan sebagainya merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Sumber daya alam tersebut digolongkan ke dalam sumber daya alam yang dapat  berkembang biak.walaupun memiliki  sifat dapat diberbaharu, penggunaan dan eksploitasi secara berlebihan dapat menurunkan jumlah dan kualitas sumber daya alam tersebut.